Posted by Prasetyo Rizky H/112081080 - TI GAB04
Membangun Kompetensi Profesi Manajemen Proyek
Menurut Project Management Institute PMBOK, proyek adalah kegiatan/usaha
bersifat sementara yang dilakukan untuk menciptakan produk atau jasa
yang unik. Hal yang cukup spesifik dari karakteristik proyek adalah
sifatnya yang sementara, bukan kegiatan rutin dan berulang
(repetitive). Dan menurut A Guide to the Project Management Body of
Knowledge, proyek setidaknya dapat dilihat dan dikelola dari 9 disiplin pengetahuan/manajemen yakni: manajemen lingkup pekerjaan,
manajemen waktu, manajemen biaya, manajemen kualitas, manajemen SDM,
manajemen komunikasi, manajemen risiko, manajemen procurement, dan
manajemen integrasi. Seluruh bagian disiplin ilmu ini saling terkait
satu sama lain, sehingga penguasaan dan penererapannya sangat penting
artinya bagi kesuksesan proyek.
Hal penting yang turut membuat orang
mulai melihat pentingnya disiplin ilmu ini adalah ketika bangsa Amerika
mengalami kegagalan serius di megaproyek mereka. Tepatnya, kalimat yang
kini menjadi terkenal: “Houston we have a problem.” Kalimat yang
diucapkan awak Apolo 13 yang gagal, membuka mata NASA atas pentingnya
manajemen proyek. Sebelumnya, mereka hanya menekankan masalah teknis
dan agak mengabaikan masalah yang sifatnya human (manajemen). Tonggak
sejarah inilah yang mengawali perkembangan manajemen proyek yang
notabene banyak dimulai dari dunia industri konstruks.
Inilah yang patut dicermati sehingga dalam perkembangan industri TI
(atau secara umumnya industri teknologi komunikasi informasi),
manajemen proyek menjadi salah satu disiplin yang berkembang paling
pesat dan memperoleh perhatian sangat serius. Tak terkecuali di
Indonesia.
Di negara kita, kepopuleran sertifikasi manajer proyek profesional
boleh jadi dipicu permintaan industri minyak dan gas. Dalam industri
yang berisiko tinggi ini, kompetensi pekerja tidak dapat ditawar lagi,
sehingga wajarlah sejumlah sertifikasi tertentu – sertifikasi
pengelasan (welder), sertifikasi instalator listrik, dan lain
sebagainya – menjadi persyaratan mutlak. Para pekerja lokal mau tidak
mau bersaing dengan rekannya dari berbagai negara. Demikian halnya
profesi manajemen proyek. Sertifikasi profesi menjadi hal yang
dipandang penting sebagai salah satu aset dalam menunjukkan tingkat
profesionalitas seseorang.
Dari sekilas pengamatan plus pengalaman penulis atas penerapan
asas-asas manajemen proyek yang baik dan benar di sejumlah kegiatan
masyarakat, rupanya pemahaman atas manajemen proyek belum menjadi
bagian yang mendapat perhatian memadai. Walaupun saat ini paling tidak
ada dua organisasi yang membidangi profesi manajemen proyek (PMI
Chapter Indonesia dan Ikatan Ahli Manajemen Proyek Indonesia),
kesadaran masyarakat (baik secara individual maupun institusional) atas
pentingnya manajemen proyek menurut penulis masih rendah. Salah satu
kasus yang mungkin menarik didiskusikan, misalnya aspek manajemen
risiko atas sistem TI yang dimiliki KPU pada Pemilu legislatif beberapa
waktu yang lalu.
Aktivitas penghitungan suara yang menggunakan bantuan sistem TI
sempat menjadi sorotan ketika banyak kendala muncul. Walau sebagian
besar kendala adalah pada faktor manusia (pemasukan data dari
lapangan), hal ini tidak boleh dipandang secara sepihak.
Memang tidak salah bila ada yang menganggap masalah yang muncul
merupakan salah satu kekurangan dari penerapan teknologi itu sendiri,
sehingga perlu dilakukan audit terhadap sistem TI. Namun yang
dikhawatirkan, audit hanya menyoroti dari sisi teknologi, padahal
permasalahan yang lebih luas dapat saja terjadi di luar kemampuan
teknologi.
Dengan menggunakan pendekatan audit manajemen proyek, proses audit dapat
dilihat dari berbagai sudut pandang sesuai dengan 9 dimensi disiplin
yang ada dalam manajemen proyek. Dari sisi manajemen risiko, misalnya.
Pihak pelaksana proyek dapat menjelaskan: Strategi apa saja yang telah
dimiliki jika terjadi hal-hal yang dirasa dapat mengganggu jalannya
proyek; sudahkah faktor risiko diidentifikasi dan dianalisis (termasuk
kemungkinan apa yang terjadi dan dampaknya terhadap kelangsungan
proyek); bagaimana strategi yang digunakan jika terjadi risiko; langkah
apa yang ditempuh untuk mengurangi kemungkinan ataupun dampak dari
risiko itu; sudahkah memiliki rencana kontinjensi; bagaimana
mengomunikasikan hal-hal ini kepada seluruh stakeholder atas risiko
yang mungkin, sedang atau telah timbul, serta langkah-langkah yang
ditempuh. Audit manajemen proyek, diyakini penulis dapat melihat
permasalahan yang timbul di KPU dengan lebih komprehensif dan
kontekstual.
dikutip dari : wahyu hidayat. dan editted oleh Rangga sheji (112081018)